TRAGEDI 431 PENDUDUK DESA DIBANTAI DI RAWAGEDE

Posted by Unknown On Friday, September 7, 2012 0 comments

Ini slah satu adengan mengerikan terjadi 1947, 30 penduduk Desa Rawagede, semua laki-laki berusia diatas 14 tahun, diperintah untuk berbaris, tampa peringatan, serdadu Belanda memberondong senapan. Satu per satu merak rebah ke tanah. Tewas.
Pembantaian tadi terjadi di sejumlah titik kampung yang kini bernama Balongsari, hingga akhir hari, sebanyak 421 pria Rawagede tewas. Kal iau, 300 tentara Belanda yang dipimpin Mayor Alphons Wijnen, masuk ke Rawagede uantuk satu tujuan : mencari dan menangkap kapten Lukas kataryo, komandan kompi Divisi Siliwangi yang kerap membuat repot Belanda. Oleh prajurit Nica ia di juluki “Begundal Karawang”.

Pemerhati sejarah , sekaligus keua yayasan Rawagede, sukarman mengatakan , lukas adalah pejuang kemerdekaan yang luar biasa. “ Dia kerap menembak tentara Belanda, melolosi bajunya dan memakainya. Dia lalu menembaki Belanda”
Lukas juga dikenal piawai melaksanakan tugasnya, merebut senjata Belanda. Membajak kareta berisi senjata dan ribuan amunisi. Suati hari, usai menghantam Belanda di Subang, Pamanukan, sampai Cikampek, Lukas meloloskan diri dengan cara berjlan kaki. “Dia sampai di Rawagede pukul 07.00, Senin 8 Desember 1947, sehari sebelum kejadian,” cerita Sukarman.
Ia lalu mengumpulkan tentara Barisan Keamanan Rakyat (BKR)( di Rawagede, merencanakan penyerangan ke cililitan. “sekita jam 09.00 da mata-mata belanda yang tahu Lukas bergabung di Rawagede, “Berkata pria asli Rawagede itu.
Mata-mata melapor ke tangsi di Karawang, di belakang alun-alun, Pihak Karawang yang merasa tak mampu akhirnya melapor ke Jakarta. “Sorenya pukul 16.00 keluar komando, Rawagede harus dibumi hanguskan,” kata Sukarman.
Dia menjelaskan, selain factor Lukas, Rawagede memang sudah lama jadi incaran belanda. Sebab, wilayah ini adalah markas gabungan laskar pejuang. Ada lima lascar yakti Macan Catarung, Barisan Banteng, SP 88, MPHS, dan Hizbullah.
Posisi desa itu strategis, dilewati jalur rel kereta api, ada stasiun. Juga kemudah logistic, di mana penduduk yang mampu bersedia menyumbangkan beras, bahan makanan untk para pejuang, tampa diminta.
Kembali ke cerita soal Lukas. Sehari sebelum tragedy meletus , pukul 15.00 lukas dan pasukannya ke luar dari Rawagede. Berjalan kaki ke arah Sukatani. “ Ia tidak tahu peristiwa Rawagede”. Kata Sukarman.
Tidak mengetahui pasukan Belanda membantai warga, menjebol dan membakar rumah-rumah di desa itu. Membuat sugani menjadi merah dialiri darah. Salah satu penyebab pembantaian adalah, tak ada satupun warga yang mnejawab pertanyaan serdadu Belanda : di mana Lukas, di mana para pejuang. Mereka memilih bungkam meski mengetahuinya.
Sukarman mengaku, ita bertemu dengan Lukas di awal tahun 1990-an. Mereka syuting documenter soal Rawagede. Lukas juga datang saat monument Rawadege diresmikan tahun 1995.“beliau meninggal 8 Januari 1997. Pangkatnya dinaikan menjadi Mayor Jenderal,”kata dia.
Sukarman menambahkan, Lukas berkali-kali memohon maaf kepada warga Rawagede. kata pria asli Rawagede itu.
Mata-mata melapor ke tangsi di Karawang, di belakang alun-alun, Pihak Karawang yang merasa tak mampu akhirnya melapor ke Jakarta. “Sorenya pukul 16.00 keluar komando, Rawagede harus dibumi hanguskan,” kata Sukarman.
Dia menjelaskan, selain factor Lukas, Rawagede memang sudah lama jadi incaran belanda. Sebab, wilayah ini adalah markas gabungan laskar pejuang. Ada lima lascar yakti Macan Catarung, Barisan Banteng, SP 88, MPHS, dan Hizbullah.
Posisi desa itu strategis, dilewati jalur rel kereta api, ada stasiun. Juga kemudah logistic, di mana penduduk yang mampu bersedia menyumbangkan beras, bahan makanan untk para pejuang, tampa diminta.
Kembali ke cerita soal Lukas. Sehari sebelum tragedy meletus , pukul 15.00 lukas dan pasukannya ke luar dari Rawagede. Berjalan kaki ke arah Sukatani. “ Ia tidak tahu peristiwa Rawagede”. Kata Sukarman.
Tidak mengetahui pasukan Belanda membantai warga, menjebol dan membakar rumah-rumah di desa itu. Membuat sugani menjadi merah dialiri darah. Salah satu penyebab pembantaian adalah, tak ada satupun warga yang mnejawab pertanyaan serdadu Belanda : di mana Lukas, di mana para pejuang. Mereka memilih bungkam meski mengetahuinya.
Sukarman mengaku, ita bertemu dengan Lukas di awal tahun 1990-an. Mereka syuting documenter soal Rawagede. Lukas juga datang saat monument Rawadege diresmikan tahun 1995.“beliau meninggal 8 Januari 1997. Pangkatnya dinaikan menjadi Mayor Jenderal,”kata dia.
Sukarman menambahkan, Lukas berkali-kali memohon maaf kepada warga Rawagede. “ Dia memohon maaf karena ulah dia bergabung, terjadi pembantaian, “kata kdia. Namun, tak ada warga yang dendam. Apalagi dulu Rawagede memang jadi incaran Belanda.
Ada lagi tentang Lukas yang selalu Sukarman. “Tiap kali ke monument Rawagede, dia lihat patung tentara Belanda , pasti dia nonjokin malu. Kalu nggak pakai kaca, mungkin patung itu sudah hancur, “ kata sukarman. “sebelum meninggal, istrinya selalu hadir tiap tanggal 9 Desember, mengenang tragedy Rawagede.”

0 comments:

Post a Comment