Ini slah satu adengan
mengerikan terjadi 1947, 30 penduduk Desa Rawagede, semua laki-laki berusia
diatas 14 tahun, diperintah untuk berbaris, tampa peringatan, serdadu Belanda
memberondong senapan. Satu per satu merak rebah ke tanah. Tewas.
Pembantaian tadi terjadi
di sejumlah titik kampung yang kini bernama Balongsari, hingga akhir hari,
sebanyak 421 pria Rawagede tewas. Kal iau, 300 tentara Belanda yang dipimpin
Mayor Alphons Wijnen, masuk ke Rawagede uantuk satu tujuan : mencari dan
menangkap kapten Lukas kataryo, komandan kompi Divisi Siliwangi yang kerap
membuat repot Belanda. Oleh prajurit Nica ia di juluki “Begundal Karawang”.
Pemerhati sejarah ,
sekaligus keua yayasan Rawagede, sukarman mengatakan , lukas adalah pejuang
kemerdekaan yang luar biasa. “ Dia kerap menembak tentara Belanda, melolosi
bajunya dan memakainya. Dia lalu menembaki Belanda”
Lukas juga dikenal
piawai melaksanakan tugasnya, merebut senjata Belanda. Membajak kareta berisi
senjata dan ribuan amunisi. Suati hari, usai menghantam Belanda di Subang,
Pamanukan, sampai Cikampek, Lukas meloloskan diri dengan cara berjlan kaki.
“Dia sampai di Rawagede pukul 07.00, Senin 8 Desember 1947, sehari sebelum
kejadian,” cerita Sukarman.
Ia lalu mengumpulkan
tentara Barisan Keamanan Rakyat (BKR)( di Rawagede, merencanakan penyerangan ke
cililitan. “sekita jam 09.00 da mata-mata belanda yang tahu Lukas bergabung di
Rawagede, “Berkata pria asli Rawagede itu.
Mata-mata melapor ke
tangsi di Karawang, di belakang alun-alun, Pihak Karawang yang merasa tak mampu
akhirnya melapor ke Jakarta. “Sorenya pukul 16.00 keluar komando, Rawagede harus
dibumi hanguskan,” kata Sukarman.
Dia menjelaskan, selain
factor Lukas, Rawagede memang sudah lama jadi incaran belanda. Sebab, wilayah
ini adalah markas gabungan laskar pejuang. Ada lima lascar yakti Macan
Catarung, Barisan Banteng, SP 88, MPHS, dan Hizbullah.
Posisi desa itu
strategis, dilewati jalur rel kereta api, ada stasiun. Juga kemudah logistic,
di mana penduduk yang mampu bersedia menyumbangkan beras, bahan makanan untk
para pejuang, tampa diminta.
Kembali ke cerita soal
Lukas. Sehari sebelum tragedy meletus , pukul 15.00 lukas dan pasukannya ke
luar dari Rawagede. Berjalan kaki ke arah Sukatani. “ Ia tidak tahu peristiwa
Rawagede”. Kata Sukarman.
Tidak mengetahui
pasukan Belanda membantai warga, menjebol dan membakar rumah-rumah di desa itu.
Membuat sugani menjadi merah dialiri darah. Salah satu penyebab pembantaian
adalah, tak ada satupun warga yang mnejawab pertanyaan serdadu Belanda : di
mana Lukas, di mana para pejuang. Mereka memilih bungkam meski mengetahuinya.
Sukarman mengaku, ita
bertemu dengan Lukas di awal tahun 1990-an. Mereka syuting documenter soal
Rawagede. Lukas juga datang saat monument Rawadege diresmikan tahun
1995.“beliau meninggal 8 Januari 1997. Pangkatnya dinaikan menjadi Mayor
Jenderal,”kata dia.
Sukarman menambahkan,
Lukas berkali-kali memohon maaf kepada warga Rawagede. kata pria asli Rawagede itu.
Mata-mata melapor ke
tangsi di Karawang, di belakang alun-alun, Pihak Karawang yang merasa tak mampu
akhirnya melapor ke Jakarta. “Sorenya pukul 16.00 keluar komando, Rawagede harus
dibumi hanguskan,” kata Sukarman.
Dia menjelaskan, selain
factor Lukas, Rawagede memang sudah lama jadi incaran belanda. Sebab, wilayah
ini adalah markas gabungan laskar pejuang. Ada lima lascar yakti Macan
Catarung, Barisan Banteng, SP 88, MPHS, dan Hizbullah.
Posisi desa itu
strategis, dilewati jalur rel kereta api, ada stasiun. Juga kemudah logistic,
di mana penduduk yang mampu bersedia menyumbangkan beras, bahan makanan untk
para pejuang, tampa diminta.
Kembali ke cerita soal
Lukas. Sehari sebelum tragedy meletus , pukul 15.00 lukas dan pasukannya ke
luar dari Rawagede. Berjalan kaki ke arah Sukatani. “ Ia tidak tahu peristiwa
Rawagede”. Kata Sukarman.
Tidak mengetahui
pasukan Belanda membantai warga, menjebol dan membakar rumah-rumah di desa itu.
Membuat sugani menjadi merah dialiri darah. Salah satu penyebab pembantaian
adalah, tak ada satupun warga yang mnejawab pertanyaan serdadu Belanda : di
mana Lukas, di mana para pejuang. Mereka memilih bungkam meski mengetahuinya.
Sukarman mengaku, ita
bertemu dengan Lukas di awal tahun 1990-an. Mereka syuting documenter soal
Rawagede. Lukas juga datang saat monument Rawadege diresmikan tahun
1995.“beliau meninggal 8 Januari 1997. Pangkatnya dinaikan menjadi Mayor
Jenderal,”kata dia.
Sukarman menambahkan,
Lukas berkali-kali memohon maaf kepada warga Rawagede. “ Dia memohon maaf
karena ulah dia bergabung, terjadi pembantaian, “kata kdia. Namun, tak ada
warga yang dendam. Apalagi dulu Rawagede memang jadi incaran Belanda.
Ada lagi tentang Lukas
yang selalu Sukarman. “Tiap kali ke monument Rawagede, dia lihat patung tentara
Belanda , pasti dia nonjokin malu. Kalu nggak pakai kaca, mungkin patung itu
sudah hancur, “ kata sukarman. “sebelum meninggal, istrinya selalu hadir tiap
tanggal 9 Desember, mengenang tragedy Rawagede.”
0 comments:
Post a Comment